Seorang anak tukang ojek online (Ojol) meninggal dunia setelah menyantap sate bakar yang dibawa bapaknya. Bandiman, nama si bapak itu, membawa paket sate tersebut untuk anak dan istrinya karena dianggap mubazir. Ceritanya, ia mengantarkan sate pesanan secara offline dari seorang wanita misterius.
Ternyata yang menerima pesanan bernama Tomy tak merasa telah memesan. Karena merasa tak memesan sate, Tomy memberikan sate tersebut. Bandiman tentu saja tak berprasangka buruk, mau mengembalikan sate tersebut kepada pengirim, ia tak tahu alamatnya.
Wanita si pengirim sate itu tiba tiba menghampirinya tanpa meninggalkan jejak. Bandiman sendiri tak menolak karena berprasangka baik. Kini polisi tengah mendalami kasus itu dan mencari tahu siapa sebenarnya sang wanita misterius tersebut.
Adapun bocah naas yang meninggal dunia karena menyantap sate dari ayahnya berinisial NFP, berusia 10 tahun. Ia tinggal di Kelurahan Bangunharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul. NFP masih duduk dibangku sekolah dasar (SD) Muhamadiyah IV Karangkajen, Sewon, Bantul.
Siswa kelas empat itu meninggal dunia setelah menyantap sate pemberian orang tak dikenal yang diterima oleh ayahnya yang bekerja sebagai pengemudi Ojol. Kepala Sekolah SD Muhamadiyah IV Karangkajen, Jawadi mengatakan, dirinya mendapat kabar jika anak didiknya telah meninggal dunia sekitar pukul 18.15 WIB. Ia ditelepon oleh seorang staf sekolah di SD Muhamadiyah IV Karangkajen yang mengabarkan bahwa murid berinisial NFP dinyatakan meninggal karena keracunan.
Saat itu juga, Jawadi meminta para guru untuk memastikan kebenaran informasi tersebut. Jawadi sempat tak percaya, karena menurut pengetahuannya jika seseorang keracunan makanan tidak mungkin bereaksi sangat cepat. "Kalau keracunan makanan itu gak mungkin langsung meninggal. Anak itu kan meninggalnya pas ketika di jalan menuju rumah sakit. Tapi ya sekarang masih diselidiki polisi," jelas Jawadi.
Jawadi menuturkan, pada Minggu sore, NFP masih terlihat mengikuti kegiatan pengajian yang diadakan di sebuah masjid tak jauh dari tempat tinggalnya. Saat menjelang magrib, NFP izin pulang karena berniat untuk buka puasa bersama bapak dan ibunya di rumah. "Magrib itu bapaknya pulang bawa makanan, bawa sate. Setelah itu dimakan bersama sama, dan tak lama ibu dan NFP itu keracunan," tuturnya.
Ditemui terpisah, orang tua NFP, Bandiman masih terlihat syok atas kejadian yang menimpa keluarganya pada Minggu sore. Pria yang akrab disapa Bandi itu menjelaskan, kronologi awal kejadian itu bermula ketika dirinya habis istirahat dan seusai menunaikan Salat Ashar di sebuah masjid di Kota Yogyakarta. Tiba tiba Bandi dihampiri oleh perempuan tak dikenal dan ia dimintai tolong untuk mengantarkan sebuah paket berisi sate bakar ke wilayah Kasihan, Kabupaten Bantul.
"Waktu saya siap siap jalan, tiba tiba ada perempuan menghampiri saya." "Dia minta tolong antarkan paket ke daerah Kasihan ke pak Tomy. Saya bilang, pakai aplikasi saja. Terus mbaknya alasannya gak ada aplikasi Ojol," jelasnya. Sore itu juga Bandi bergegas menuju rumah penerima paket yang berada di daerah Kasihan, Kabupaten Bantul.
"Dia minta offline, ya saya antarkan ke penerima tersebut. Perempuan itu berpesan, pengirim atas nama pak Hamid," ungkap dia. Sesampainya di rumah tujuan penerima paket, Bandi lalu menelepon ke nomor kontak bernama Tomy yang diberikan oleh perempuan yang ia temui di masjid. Telepon Bandi pun direspon oleh Tomy.
Namun terjadi proses konfirmasi yang cukup lama karena keluarga Tomy merasa tidak memesan makanan apa pun pada hari itu. "Saya tanya, lah ini paket sudah sampai alamatnya bener, nomornya bener kok ndak diterima. Terus bapaknya bilang, udah dibawa kamu saja pak, buat buka puasa," terang dia. Setelah pemilik rumah enggan menerima paket kiriman misterius itu, Bandi kemudian pulang menuju rumah dengan membawa satu paket sate bakar.
Sesampainya di rumah, istrinya bernama Titik Rini dan NFP kemudian membuka paket sate bakar yang dibawa oleh Bandiman. Bandiman, beserta istri dan NFP kemudian memakan sate tersebut. Tak berselang lama, NFP yang memakan begitu lahap mengeluhkan rasa sate yang pahit.
"Pas saya makan itu gak apa apa. Ternyata racunnya itu ditaruh dibumbunya. Anak saya bilang bumbunya pahit. Dia lalu ke dapur dan sudah muntah muntah. Istri juga muntah muntah. Pas tak pastikan anak saya sudah tidak sadarkan diri," jelasnya. Karena panik Bandi kemudian membawa putranya ke rumah sakit terdekat. Sayangnya, NFP sudah tak tertolong lagi.
"Sudah meninggal pas perjalanan ke rumah sakit. Tapi hasil pemeriksaan di laboratorium itu katanya racunnya lebih kuat dari racun pupuk pertanian," pungkasnya. Kasus kematian NFP (8), siswa SD yang meninggal setelah memakan sate menarik perhatian. Diduga, NFP dan ibunya memakan sate yang berisi racun sehingga bereaksi cepat ke dalam tubuh.
Namun, ia mengakui, sulit untuk mengetahui jenis racun apa yang terkandung di sate itu jika hanya membaca dari berita. “Kita harus tahu gejalnya dulu. Harus lengkap,” tuturnya lagi. Gejala itu kemudian dihubungkan dengan hasil pemeriksaan pada korban serta hasil uji sampel dari sisa makanan.
Ditanya apakah mungkin racun yang digunakan mirip dengan sianida, Lipur enggan berspekulasi. Menurutnya, apa yang terjadi menimpa NFP harus menunggu pernyataan resmi dari aparat dan sebaiknya tidak berasumsi. “Tetap harus nunggu dari hasil lab ya, biar bisa dipastikan,” tandasnya.
Kapolsek Sewon, Kompol Suyanto mengatakan pihaknya masih menunggu hasil laboratorium makanan. Sisa sate yang dikonsumsi oleh Naba sudah dikirimkan ke Balai Laboratorium Kesehatan dan Kalibrasi Yogyakarta. "Kami masih menunggu hasil laboratorium. Dugaan dari makanan, makanya kami menunggu hasil pemeriksaan makannya. Saat ini masih belum keluar (hasil laboratorium), mungkin tidak lama lagi,"katanya, Selasa (27/04/2021).
Polsek Sewon tidak melakukan autopsi jenazah bocah 8 tahun itu. Hal itu karena pihak keluarga keberatan. Sembari menunggu hasil pemeriksaan laboratorium, pihaknya melakukan pendalaman pemeriksaan.
Salah satunya dengan mengambil keterangan dari saksi saksi. Hingga saat ini sudah ada sekitar empat saksi yang diperiksa. Saksi tersebut berasal dari keluarga korban dan juga dari penerima makanan yang asli (Tomy). "Saksi sudah kami ambil keterangan, dari keluarga korban termasuk orangtua, kemudian penerima makanan itu. Kan istrinya di rumah, kemarin ayah korban kan bertemu dengan istri Tomy dulu sebelum akhirnya dibawa pulang,"terangnya.
Jajarannya juga sudah melakukan olah tempat kejadian perkara, termasuk di lokasi pertama Bandiman, ayah korban menerima pesanan offline. "Kami sudah cek ke sana dengan INAFIS juga dengan puskemas. Kita cek apakah ada kemungkinan CCTV yang merekam, karena di sana banyak sekali pohon pohon,"tambahnya.